Senin, 18 Mei 2009

ASKEP HALUSINASI

Halusinasi adalah terjadinya persepsi dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsang nyata terhadap indera. Kualitas dari persepsi itu dirasakan oleh penderita sangat jelas, substansial dan berasal dari luar ruang nyatanya. Definisi ini dapat membedakan halusinasi dengan mimpi, berkhayal, ilusi dan pseudohalusinasi (tidak sama dengan persepsi sesungguhnya, namun tidak dalam keadaan terkendali). Contoh dari fenomena ini adalah dimana seseorang mengalami gangguan penglihatan, dimana ia merasa melihat suatu objek, namun indera penglihatan orang lain tidak dapat menangkap objek yang sama.
Halusinasi juga harus dibedakan dengan delusi pada persepsi, dimana indera menangkap rangsang nyata, namun persepsi nyata yang diterimanya itu diberikan makna yang dan berbeda (bizzare). Sehingga orang yang mengalami delusi lebih percaya kepada hal-hal yang atau tidak masuk logika.
Halusinasi dapat dibagi berdasarkan indera yang bereaksi saat persepsi ini terbentuk, yaitu
Halusinasi visual
Halusinasi auditori
Halusinasi olfaktori
Halusinasi gustatori
Halusinasi taktil

Pencetus terjadinya halusinasi
Sakit dengan panas tinggi sehingga mengganggu keseimbangan tubuh.
Gangguan jiwa Skizofrenia
Pengkonsumsian narkoba atau narkotika tertentu seperti : ganja, morphin, kokain, dan ltd
Mengkonsumsi alkohol berkadar diatas 35% : seperti vodka, gin diatas batas kewajaran
Trauma yang berlebihan.



A. Proses Terjadinya Halusinasi
Halusinasi dapat terjadi oleh karena berbagai faktor diantaranya gangguan mental organik, harga diri rendah, menarik diri, sidrome putus obat, keracunan obat, gangguan afektif dan gangguan tidur.
Halusinasi klien timbul karena perubahan hubungan sosial. Perkembangan sosial yang tidak adekuat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar dan mempertahankan komunikasi dengan orang lain. Akibatnya klien cenderung memisahkan diri dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Sehingga timbulnya kesepian, isolasi sosial, hubungan yang dangkal dan tergantung (Haber, 1987).
Akibat dari menikmati suara-suara yang didengar, maka klien S. hanya terlibat dalam pikirannya sendiri, sehingga klien malas atau kurang berminat dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari seperti; kebersihan diri, makan, dan lain-lain.
Pada klien S. terjadi halusinasi dengar, hal ini disebabkan oleh karena klien mempunyai riwayat putus cinta dengan kekasihnya satu kali, kemudian oleh keluarga klien dinikahkan. Setelah menikah selama tiga bulan, isteri meninggalkannya dan klien S. merasa sangat kecewa, sering menyendiri, melamun, tak mau makan kemudian klien dirawat di rumah sakit jiwa Jakarta selama 8 bulan.
Hal ini sesuai dengan proses terjadinya halusinasi pada fase pertama yang diungkapkan oleh Haber, Dkk, 1982. Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan yang terpisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stres . Cara ini menolong sementara, klien masih dapat mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannya namun intensitas persepsi meningkat.
Setelah delapan bulan dirawat, klien dinyatakan sembuh dan boleh pulang. Pada saat di rumah, klien mangalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motor kemudian dirawat di rumah sakit. Setelah keluar dari rumah sakit, beberapa hari kemudian klien mulai melamun dan mendengar suara-suara yang mengatakan atau menyuruh dia melemparkan gelas dan piring. Gejala-gejala pada klien S. ini menunjukan bahwa klien mengalami gejala halusinasi fase ke dua, yaitu dimana klien berada pada tingkat listening, pemikiran internal lebih menonjol seperti gambaran suara dan sensasi.
Satu bulan yang lalu klien mendengar suara-suara tersebut dan klien menanyakan kepada perawat apakah boleh berteman dengan roh halus, karena dia yang sering mengajaknya berbicara. Sesuai dengan tahapan halusinasi, klien berada pada fase ketiga, yaitu halusinasi lebih menonjol, menguasai, halusinasi memberikan kesenangan tersendiri dan rasa aman yang sementara.
Dan selanjutnya klien memasuki fase keempat yaitu dengan gejala halusinasi bersifat mengancam yaitu klien mendengar suara-suara “ Saya tidak takut sama kamu !”. Lalu klien S. menjawab “ Saya juga tidak takut sama kamu !”
Dengan adanya halusinasi ini, maka masalah yang timbul pada klien S. adalah potensial amuk, potensial melukai diri sendiri dan orang lain, gangguan kebersihan diri, gangguan ADL. Klien cenderung menarik diri, tersenyum dan berbicara sendiri.
Akibatnya ia tidak dapat memberi respon emosional yang adekuat, klien tampak bisar, tidak sesuai (Fortinash, 1991; Benner, 1989; Hater,1987). Potensial melukai diri sendiri dan orang lain, potensial amuk dapat terjadi pada klien S, karena klien S. mendengar suara-suara yang bersifat mengancam, mengejek, klien S disuruh oleh roh halus untuk membanting piring dan gelas.
patofisiologi
klik untuk memperbesar gambar

B. Masalah Keperawatan
Dari masalah-masalah itu ditemukan masalah keperawatan sejumlah sebelas buah, yaitu :
1. Gangguan orientasi realitas
2. Gangguan hubungan interpersonal : Menarik diri
3. Gangguan komunikasi verbal dan nonverbal
4. Koping individu tidak efektif
5. Gangguan persepsi: Halusinasi dengar
6. Gangguan perawatan mandiri
7. Koping keluarga tidak efektif
8. Potensial melukai diri sendiri dan orang lain
9. Potensial amuk
10. Potensial gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
11. Potensial kambuh
Pada klien S. ini timbul masalah keperawatan sebagai berikut:
1. Potensial melukai diri sendiri dan orang lain
2. Menarik diri
3. Potensial amuk
4. Kurangnya minat terhadap kebersihan diri
5. Potensial kambuh.
C. Tindakan Keperawatan untuk semua masalah kepada klien
Adapun tindakan keperawatan pada klien S adalah sebagai berikut :
Masalah Keperawatan 1
Halusinasi dengar.
Tujuan jangka panjang :
Klien dapat mengontrol halusinasinya dan tidak melukai diri sendiri atau orang lain.
Rencana tindakannya :
Psikoterapeutik:
· Adakan kontak yang sering dan singkat
· Observasi tingkah laku verbal dan nonverbal yang berhubungan dengan halusinasi
· Berikan kesempatan kepada klien mengungkapkan apa yang dirasakan klien sesuai dengan respon verbal dan nonverbal klien.
· Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan berikan pendapat bahwa halusinasi tidak nyata pada perawat.
· Ajukan pertanyaan terbuka yang membutuhkan jawaban luas.
Kegiatan sehari-hari (Actifity Daily Living)
· Bersama klien membuat jadwal aktifitas untuk menghidari kesendirian
· Bersama klien mendiskusikan cara mengontrol halusinasi dengar: seperti bergabung dengan orang lain utnuk bercakap-cakap, nonton TV, mengikuti kegiatan TAK aktifitas group.
· Bimbing klien pada kegiatan yang disukai
Psikofarmaka
· Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping yang timbul.
· Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
· Dampingi klien saat minum obat
· Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
· Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
· Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.
Terapi Lingkungan
· Sediakan alat penunjuk waktu : jam dinding dan kelender.
· Beri tanda / nama di ruangan klien
· Panggilah klien sesuai nama panggilan yang disukai klien
· Petugas memakai papan nama.
· Kenalkan nama setiap beriteraksi dengan klien
· Dampingi klien dalam kegiatan kelompok secara bertahap
· Tingkatkan respon klien pada realita dengan cara menunjukan kelender, jam, nama ruang.
Pendidikan Kesehatan :
· Mendiskusikan bersama klien tentang faktor pencetus timbulnya halusinasi.
· Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat jika timbul halusinasi
· Beri informasi pada klien termpat klien minta bantuan apabila sulit mengendalikan diri saat halusinasi timbul.
· Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi, cara mengatasi, situasi yang menimbulkan halusinasi serta fasilitas yang dapat digunakan apabila mengalami kesulitan.
Masalah keperawatan 2:
Isolasi sosial sehubungan dengan menarik diri
Tujuan jangka panjang :
Klien tidak menarik diri dan berinteraksi dengan orang lain
Rencana tindakannya:
Psikoterapeutik
· Bina hubungan saling percaya
· Dengarkan apa yang diungkapkan oleh klien
· Lakukan kontak yang sering dan singkat
· Support dan anjurkan klien untuk berkomunikasi dengan perawat bila ada sesuatu yang dipikirkan.
· Berikan reinforcement positif
· Dorong klien untuk melihat hal-hal yang positif tentang dirinya.
Kegiatan sehari-hari (ADL)
· Batasi klien untuk tidak melamun / menyendiri dengan cara libatkan klien dalam aktifitas rutin di ruangan, misalnya menyiapkan makanan, menyapu, merapikan tempat tidur, mencuci piring.
Psikofarmaka
· Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping yang timbul.
· Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
· Dampingi klien saat minum obat
· Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
· Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
· Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.
Terapi Lingkungan
· Anjurkan klien untuk berkenalan dengan orang lain, satu kali tiap hari.
· Diskusikan cara berinteraksi lebih lanjut.
· Temani klien dengan berada di samping klien mulai dari diam sampai berkomunikasi verbal sederhana, bertahap sesuai dengan kemampuan klien.
· Libatkan klien dalam berinteraksi kelompok yang dilakukan secara bertahap dari kelompok yang kecil sampai kelompok yang besar.
· Libatkan klien dalam kegiatan aktifitas kelompok (TAK: Sosialisi)
· Sediakan sarana informasi dan hiburan seperti majalah, surat kabar, TV.
Pendidikan Kesehatan
· Libatkan keluarga untuk selalu untuk selalu kontak dengan klien, misalnya keluarga mengunjungi klien minimal satu seminggu.
· Mengajarkan klien cara berkenalan pada klien lain.
· Diskusikan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik diri
· Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang cara merawat klien dengan menarik diri
· Anjurkan pada keluarga mengikutisertakan klien dalam keluarga dan lingkungan masyarakat.
· Berikan penjelasan pentingnya minum obat secara teratur pada klien dan keluarga.
Masalah Kepererawatan 3
Ketidakmampuan mengungkapkan cara marah yang konstruktif.
Tujuan jangka panjang :
Klien tidak amuk dan dapat mengungkapkan marah yang konstruktif
Rencana tindakannya:
Psikoterapeutik
· Berespons terhadap respons verbal dan nonverbal klien dengan sikap yang tenang dan tidak mengancam
· Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan marah.
· Anjurkan klien untuk mengungkapkan cara-cara mengekspresikan marah yang dilakukan selama ini.
Kegiatan sehari-hari (ADL)
· Anjurkan klien untuk makan makanan yang telah disajikan.
· Anjurkan klien untuk menyalurkan energi dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat seperti mengepel lantai, membersihkan got, merapihkan tempat tidur, membersihkan kamar mandi, bersihkan taman, dan lain-lain.
· Buat jadwal bersama klien tantang kegiatan yang disenangi.
Psikofarmaka
· Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping yang timbul.
· Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
· Dampingi klien saat minum obat
· Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
· Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
· Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.
Terapi Lingkungan
· Siapkan ruangan yang akan dipakai untuk perawatan klien
· Pindahkan alat-alat yang membahayakan klien dan lingkungannya. seperti benda tajam, dan alat pecah belah.
· Orientasi klien pada sarana yang tersedia untuk menyalurkan energi yang berlebihan pada dirinya.
Pendidikan Kesehatan
· Diskusikan dengan klien tentang cara-cara mengungkapkan marah yang destruktif
· Diskusikan dengan klien tentang cara-cara mengungkapkan marah yang konstruktif
· Diskusikan dengan klien tentang tanda-tanda marah yang destruktif
· Anjurkan klien untuk mengungkapkan cara marah yang konstruktif
· Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda marah
· Ajarkan cara mengarahkan klien agar mengungkapkan marah secara konstruktif.
· Anjurkan keluarga untuk menciptakan lungkungan rumah yang baik untuk mengendalikan klien marah.
Masalah Keperawatan 4
Kurangnya minat terhadap kebersihan diri
Tujuan Jangka Panjang:
Klien berminat dan mampu memelihara kebersihan dirnya
Rencana tindakan
Psikoterpeutik
· Kaji perasaan klien dan pengetahuan tentang kebersihan diri
· Berikan dukungan yang posisif terhadap hal-hal yang dicapai oleh klien
· Support secara terus menerus agar mempertahankan dan meningkatkan kebersihan dirinya.
· Beri reinforcement positif terhadap hal-hal yang telah dilakukan klien
Kegiatan sehari-hari (ADL)
· Buat jadwal bersama klien tentang perawatan diri : mandi, gosok gigi, cuci rambut, potong kuku.
· Bersama klien menyiapkan alat-alat kebersihan diri.
· Buat jadwal bersama klien tantang kegiatan kebersihan diri.
· Mengingatkan klien tentang waktu melakukan kebersihan diri
· Mengajak klien untuk melakukan kegiatan kebersihan diri sesuai jadwal.
Psikofarmaka
· Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping yang timbul.
· Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
· Dampingi klien saat minum obat
· Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
· Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
· Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.
Terapi lingkungan
· Libatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok (TAK: Kebersihan diri)
· Orientasikan klien pada fasilitas / sarana untuk kebersihan diri, seperti : kamar mandi, lemari pakaian, washtafel, jemuran handuk.
· kolaborasi dengan perawat ruangan dan keluarga untuk mengadakan kebersihan diri: handuk, sabun, sikat gigi, odol, guntuing kuku, dan lain-lain.
· Bersama klien menciptakan suasana lingkungan yang bersih.
· Berikan gambar-gambar / poster, lukisan yang mendukung klien untuk kebersihan diri, seperti: Bersih itu sehat, sudah rapikah anda, gambar cara menggosok gigi yang benar.
Pendidikan kesehatan
· Diskusikan dengan klien tujuan kebersihan diri
· Diskusikan cara-cara kebersihan diri, antara lain : mandi dua kali dengan sabun, ganti pakaian setiap hari, sikat gigi dengan odol, mencuci rambut dua sampai tiga kali seminggu, potong kuku kalau panjang.
· Diskusikan cara mandi yang benar.
· Anjurkan klien ganti baju, celana, gosok gigi setiap hari
· Kaji pengetahuan klien tentang kebersihan diri.
· Diskusikan dengan keluarga tentang kebersihan diri, arti bersih, tanda-tanda bersih, tujuan kebersihan diri
· Diskusikan dengan keluarga tentang cara-cara menjaga kebersihan diri.
Masalah Keperawatan 5
Ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah
Tujuan Jangka Panjang :
Klien tidak kambuh
Recana tindakannya :
Psikoterapeutik:
· Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
· Kaji persepsi keluarga tentang perilaku maldaptif klien
· Ajak klien untuk mengunjungi sanak keluarga lainnya.
· Libatkan seluruh anggota keluarga untuk menerima klien apa adanya
· Libatkan klien dalam pertemuan keluarga.
· Libatkan klien dalam aktifitas kegiatan di rumah sesuai dengan kemampuan klien
· Buat jadwal bersama klien (kegiatan yang dapat dilakukan klien)
Kegiatan sehari-hari (ADL)
· Libatkan klien dalam aktifitas kegiatan di ruangan sesuai dengan kemampuannya.
· Buatlah jadwal tentang kegiatan yang dapat dilakukan klien di rumah
Psikofarmaka
· Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping yang timbul.
· Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
· Dampingi klien saat minum obat
· Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
· Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
· Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.
Terapi Lingkungan
· Libatkan klien dan keluarga dalam menyiapkan kamar klien
· Batasi peralatan rumah tangga yang dapat menimbulkan stimulus bagi klien untuk amuk.
· Hindarkan barang-barang yang berbahaya seoerti; berang dari kaca, benda tajam
· Menyiapkan sarana untuk kebersihan diri
· Ciptakan suasana rumah yang memungkinkan klien menyendiri.
Pendidikan Kesehatan
· Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian keluarga tentang klien dan sikap keluarga terhadap tingkah laku klien yang maladaptif.
· Diskusikan tentang harapan keluarga pada prilaku maladaptif klien.
· Diskusikan bersama keluarga tentang pentingnya membesuk klien saat klien dirawat di rumah sakit.
· Jelaskan pada keluarga tentang permasalahan klien yang timbul saat ini.
· Diskusikan dengan keluarga dalam membuat perencanaan cara merawat klien apabila klien pulang ke rumah meliputi jadwal kegiatan yang dapat dilakukan oleh klien, seperti memelihara kebersihan diri, merapihkan tempat tidur, dan lain-lain.
· Anjurkan keluarga untuk memberikan reinforcement positif bila klien melakukan kegiatan
· Ajarkan keluarga untuk penanganan awal bila timbul keluhan · Anjurkan pada keluarga untuk kontrol secara teratur sesuai dengan jadwalnya

Tidak ada komentar: